BBM-ku sayang, BBM-ku Malang...
oleh: i baridwan
27 Oktober 2005, 20:59:47
"Nah, dari artikel diatas ane pribadi berpikir lebih baek mempersempit “celah” walau dgn akibat menjeritnya sebagian besar rakyat Indonesia. Kalkulasi mengatakan seandainyapun semua Dana Kompensasi di korup, nilainya masih kecil jk dibandingkan penyalahgunaan dr disparsitas harga BBM tsb."

Akhir-akhir ini ane sering menyaksikan berita di TV ttg dampak kenaikan BBM bagi masyarakat khususnya bagi kaum proletar. Yg menarik adanya berita meningkatnya pasien RS jiwa gara-gara kenaikan BBM, dan kita (entah terpaksa atau scr refleks) harus mengelus dada menyaksikan penderitaan mereka (sesuai skenario yg di harapkan???), berlanjut membuat kita semakin antipati terhadap kebijakan kenaikan BBM SBY-JK, yg tdk pro rakyat krn mengurangi subsidi BBM??
Mari kita berandai-andai seandainya tgl 1 Oktober kemaren subsidi BBM tdk dikurangi shg harga BBM(Premium, Kerosin, Solar) masih murah meriah. Akibatnya disparsitas harga BBM subsidi dgn BBM industri (BBM harga pasar) cukup besar, menyebabkan tjdnya penyelundupan, pengoplosan dll.
Berikut cuplikan berita-berita jikalau disparsitas harga BBM subsidi dan BBM industri dan atau harga pasar terlalu tinggi.

Praktek serupa dgn modus berbeda biasa dilakukan para nelayan di sejumlah perairan tempat lalu lintas minyak, spt di jambi, bitung, dan batam. Banyak nelayan yg kini tak lagi melaut mencari ikan. Mereka malah sibuk antre beli solar dr SPBU yg khusus disediakan pemerintah bagi para nelayan. Bahan bakar tsb ditaruh dlm drum, lantas dijual ke kapal-kapal yg sedang buang sauh dgn harga lbh tinggi, utk kmd diselundupkan ke luar negeri. (Tempo, 25 Sept 05, hlm 122-123).
Cuplikan berita majalah diatas nilainya blm seberapa jk dibandingkan dgn yg tjd sesungguhnya di lapangan (fenomena gunung es), dan (walau saya tdk punya sama sekali bukti) saya yakin buanyak aparat keparat (yg smg cepat sekarat) serta cukong-cukong yg mengeruk keuntungan scr ilegal krn memang terbukanya lebar-lebar celah dan kesempatan utk itu (disparsitas harga dan mental koruptor anak negeri).
Nah, dari artikel diatas ane pribadi berpikir lebih baek mempersempit “celah” walau dgn akibat menjeritnya sebagian besar rakyat Indonesia. Kalkulasi mengatakan seandainyapun semua Dana Kompensasi di korup, nilainya masih kecil jk dibandingkan penyalahgunaan dr disparsitas harga BBM tsb.
Dan jg subsidi hanya membuat anak bangsa mjd manja, ane penganut teori survival of live, anak bangsa yg ingin survive dikehidupan haruslah dan wajib mengarungi samudera kehidupan maupun cobaan dgn tegar dan jantan, bagi yg loyo dan lemah mentalnya smg tersingkirkan, teori “gabah diinteri”(orang jawa bilang).
Walau kita tdk boleh lengah jg krn penghapusan subsidi BBM yg berakibat harga BBM mjd kompetitif (baca mahal) utk kedepan salah satunya memang diharapkan agar para investor tertarik utk berinvestasi di sektor hilir (pengilangan dan pendistribusian BBM/SPBU-SPBU swasta), dgn memanfaatkan mental konsumtif warga di dunia ketiga.

Yg hrs mjd perhatian kita sekarang adl kegiatan sektor hulu migas (eksplorasi dan produksi/eksploitasi Migas dr perut ibu pertiwi). Semisal Blok Cepu yg ....... Ane agak kecewa ktk tjd penandatanganan kontrak Blok Cepu antara Pertamina-BP Migas-Exxon, pd saat acara tanya jwb dgn wartawan pertanyaan ttg blok Cepu malah sedikit & kurang berbobot bahkan kmd dilanjutkan pertanyaan seputar kenaikan harga BBM??? Pdhal ada ungkapan hilir itu peanut dibanding hulu, bisa dilihat dr perbandingan realisasi investasinya yg njomplang! Ato para wartawan sdh jemu dgn mslh Cepu yg beritanya tdk layak jual dan lebih laku berita ttg BBM. Teringat daku akan ucapan Travolta dlm film The Sword Fish :”apa yg dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, akan dipercaya oleh otak”.
Merdeka
*
0 Comments:
Post a Comment
<< Home